Cerita Inspiratif Kelas IX

 


Lompatan Belalang

Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya tersebut. Dengan gembira ia melompat-lompat menikmati kebebasannya.

 

Di perjalanan ia bertemu dengan seekor belalang lain. Namun ia keheranan kenapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.

 

Dengan penasaran ia menghampiri belalang itu, dan bertanya, “Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia ataupun bentuk tubuh?” Belalang itu pun menjawabnya, “Dimanakah kau selama ini tinggal? Karena semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan”.

 

Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang selama ini membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.

 

Dunia ini sangatlah luas, cobalah melihat lingkungan di sekitarmu. Janganlah merasa dirimu adalah manusia paling hebat.



Penebang Kayu 

Suatu ketika, seorang pemuda yang sangat kuat meminta pekerjaan pada seorang saudagar kayu, dan dia mendapatkannya. Upah yang ditawarkan sesuai dengan keinginannya, lokasi pekerjaannya pun dekat dengan rumahnya. Oleh karena itu, sang pemuda bertekad untuk bekerja dengan sungguh-sungguh.

 

Akhirnya, saudagar memberinya kapak dan menunjukkan area tempat penebangannya. Hari pertama penebang pohon membawa 21 batang pohon. "Wah, hebat kamu kuat sekali, bisa membawa pulang kayu sebanyak ini dalam satu hari," kata saudagar kayu yang merupakan atasannya sekarang.

 

Termotivasi oleh perkataan itu, sang pemuda menebang kayu dengan usaha yang lebih keras keesokan harinya. Tetapi, hari itu ia hanya bisa membawa 17 batang pohon. Hari ketiga dia berusaha lebih keras lagi, tetapi dia hanya bisa membawa 10 pohon. Hari demi hari, pohonnya makin berkurang.

 

"Aku pasti telah kehilangan kekuatanku," pikir penebang kayu itu. Dia menghadap kepada saudagar kayu dan meminta maaf, mengatakan bahwa dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

 

"Kapan terakhir kali kau mengasah kapak yang kau gunakan?" tanya bos itu. "Mempertajam? Saya tidak punya waktu untuk mengasah kapak saya. Saya sangat sibuk mencoba menebang pohon."

 

Terkadang bekerja keras saja tidaklah cukup untuk mencapai kesuksesan. Kita juga harus bekerja dengan cerdas! Pemuda itu sebetulnya memiliki potensi yang hebat untuk memotong kayu. Sayangnya, ia tidak memiliki sikap yang tepat untuk dapat berhasil dalam tugas khusus ini. Melalui kerja keras dan sikap yang cerdas, tidak ada yang mustahil dalam hidup ini.


 

Bunga untuk Ibu

Gerai bunga milik Pak Mulham tengah ramai dikunjungi oleh pembeli. Ia pun sibuk memindahkan ratusan karangan bunga ke atas mobil pikap miliknya. Di tengah kesibukannya, seorang bocah menghampirinya, dan berkata, "Maaf, Pak, kalau harga karangan bunga yang kecil itu berapa?"

Pak Mulham menghiraukannya untuk beberapa saat, kemudian menjawab "lima puluh ribu, dik", jawabnya.

"Maaf, Pak, apakah ada yang tiga puluh ribu saja?" balas bocah itu.

Kali ini pak Mulham menatap wajah bocah itu dan tersadar tampaknya bocah itu masih duduk di bangku SD. Pak Muham kemudian melanjutkan percakapan,

"Untuk siapa bunganya, Dik? Bunganya boleh diambil dengan tiga puluh ribu saja," jawabnya sambil tersenyum.

"Terima kasih, Pak, untuk Ibu saya".

 

Pak Mulham yang tidak mengetahi arah datangnya bocah itu pun bertanya,

"Adik ke sini jalan kaki? Pulangnya ke mana?"

"Ke arah Samata, Pak", jawab bocah itu.

"Saya juga kebetulan menuju ke arah sana, kalau mau sekalian bapak antar saja".

 

Awalnya, bocah itu tampak ragu, namun akhirnya menerima tawaran Pak Mulham. Pak Mulham lantas berangkat bersama dengan bocah yang membeli satu karangan bunga tersebut.

"Adik nanti bilang aja berhentinya di mana ya".

"Iya, Pak, sebentar lagi juga sampai". jawab si bocah. Tak lama, dari kejauhan Pak Mulham melihat kerumunan di dekat gapura pemakaman umum.

"Inalillahi, sepertinya ada yang sedang dimakamkan, Dik", ucap Pak Mulham sambil memelankan laju kendaraannya.

 

Bocah itu tidak menggubrisnya dan malah meminta pak Mulham untuk menghentikan mobilnya.

"Saya turun di depan, Pak".

Pak Mulham kemudian menepikan mobilnya tepat di depan gapura pemakaman umum yang telah ia lihat dari kejauhan. Bocah lelaki itu lalu turun dan mengucapkan terima kasih kepada Pak Mulham dengan senyum yang menutupi air matanya. Pak Mulham terdiam sejenak sambil melihat bocah itu memasuki gerbang pemakaman.

 

Ia lantas memutarbalikkan mobilnya dan menancap gas sekencang-kencangnya. Ia sudah tidak memedulikan pesanan bunga yang harus diantarkannya. Pikirannya hanya tertuju pada rumah orang tuanya yang berjarak cukup jauh dari kota itu.

 

Sudah dua tahun lebih Pak Mulham belum sempat pulang untuk menjenguk ibunya. Melihat peristiwa tadi, ia sadar betapa beruntungnya bahwa ibunya masih diberi kesehatan sehingga masih mampu menginjakkan kakinya di dunia ini. Padahal, bocah tadi tampak masih sangat muda dan kemungkinan besar ibunya pun meninggal di usia yang jauh lebih belia dibandingkan dengan orangtua Pak Mulham. Terkadang apa yang kita miliki baru terasa ketika cerminan pahitnya berdiri di depan kita.


No comments:

Post a Comment

Adbox